Endang Suwarni

Judul : Menulis dengan Hati
Resume ke: 26
Gelombang: 29
Hari/ tanggal: Rabu,23 Agustus 2023
Tema : Writing By Heart
Moderator: Widya Arema 
Narasumber: Mutmainah,M.Pd 




_Dari mana datangnya lintah, dari_ sawah _turun ke kali_
_Dari mana datangnya cinta, dari mata turun ke hati._ Uhuyyy.. 
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️

*_Hati adalah Raja, sedangkan anggota tubuh adalah prajuritnya._* 

Kita merasai senang, suka, sedih, bingung, khawatir, bahkan jatuh cinta dan patah hati menggunakan hati. *Hearth.*

Segala yang kita sampaikan dari hati, maka akan sampai ke hati pula. 

Bagaimana jika menulis dengan melibatkan hati, apakah akan sampai pula ke hati pembacanya? 
Sure.... Pasti.... 

Terus bagaimana caranya? 
Sulitkah? 
Tekniknya apakah sama? 

Agar segala tanya tak membuat hati gundah gulana, ayoo masuk kelas saja. 

Malam ini kita akan menarikan tinta seiring kata hati, mencurahkan kisah membidik hati agar berbunga.  See  you to night👋🏻👋🏻👋🏻👋🏻

Mbak Widya Arema Moderator Cantik  mengingatkan tentang Kelas Belajar Menulis Nusantara PGRI Gelombang 29 malam ini.

Sebelum kelas dimulai mari kita simak cuplikan kalimat dibawah ini:

"BAAAM! Dari jarak sepuluh kilometer , melesat keluar dari dalam lautan seekor ikan raksasa-setidaknya bentuknya masih mirip ikan. Masih jauh, tapi sudah terlihat besar sekali, lebih besar dibanding gurita yang mengejar kami beberapa hari lalu. Ikan ini memiliki enam tanduk, ekornya panjang dengan sirip-sirip melengkung bagai surai. Kulitnya berwarna kuning keemasan, memantulkan cahaya matahari. Aku mengeluh, tidakkah urusan ini  bisa lebih mudah? Kami bertiga masih dalam kondisi terikat, tidak bisa meloloskan diri, tidak bisa bergerak, ditambah lagi ikan raksasa ini. 
“BAAAM!Lima belas detik terbang di udara, ikan raksasa itu berdebam kembali memasuki lautan, membuat ombak tinggi, bagai gelombang tsunami puluhan meter. Hitungan detik, gelombang itu tiba, kapal kami yang terikat jangkar, terbanting kesana-kemari. Hanya karena jaring perak mengunci tubuh kami ke lantai kapal, kami tidak terlempar ke lautan. Tapi itu tetap tidak bisa melindungi dari lidah ombak, yang segera membuat kami basah kuyup. *(Tere Liye dalam Komet Minor)*

Bacalah kutipan berikut ini. 

Apa yang kita rasakan? 
Semua indera dan perasaan seolah terlibat. 

Inilah salah satu kelebihan menulis dengan hati. 
Apa itu? 
Bagaimana caranya? 
Malam ini kita akan kupas tuntas di kelas KBMN.mbak Widya kembali mengingatkan peserta. 

Rentang kisah kami terjalin dalam layar kaca selama 1095 hari. 

Diawali dalam kelas tanpa sekat dan batas. Kemudian berlanjut dalam kopdar penulis session 1 dan 2. Hingga membuat kami semakin dekat walau berjarak waktu dan tempat. 

Perbedaan jarak, tempat, suku, bahasa dan bangsa membuat jalinan ini tak hanya lurus semata. 
Berpintal, merenggang, menguat berkelindan membentuk sebuah jalinan rasa. 

Hingga akhirnya menyatu dan terikat dalam satu kata *PERSAHABATAN.*

Demikian sekilas tentang jalinan hubungan persahabatan antara Moderator dan Narasumber kita malam ini,sungguh indah sekali....jadi ingin menjadi Sahabat beliau berdua....hehehe (ngarep dot com).

Yuk dibaca Profil bunda Emut.
Narasumber kita kali ini aseli orang Lebak. 
Seorang yang memulai debut dan karirnya di KBMN sebagai penulis. 

Tak terhitung berapa banyak karya antologi yang menjadi garapan dibawah kuratornya. 

Baiklah tanpa berpanjang lebar lagi, 
Kita sambut beliau dengan tepuk tangan yang meriah,inilah Bunda Emut.

Dengan sangat rendah hati bunda Emut Mutmainah,M.Pd memulai materi.
"^Malam ini pertama kali saya menjadi narasumber. Rasanya dag dig dug enggak karuan. Karena melakukan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya, namun *_Allahumma paksakeun_* bismillah InsyaAllah bisa.🥰🥰

*There's always a first time for everything*

 Selalu ada pengalaman pertama untuk segala sesuatu, dan untuk kesalahan dalam pengalaman pertama segala kesalahan termaafkan🤭 sedangkan keberhasilan adalah luar biasa. 

 *I will never know until I try* 

Kalau saya tidak mencoba maka saya tidak akan tahu apakah saya melakukan kesalahan atau kegagalan atau menjadi sukses.

 Bagaimana pun jadinya nanti saya tetap mendapatkan hal yang sangat berharga sebuah pelajaran dari pengalaman yang saya alami. 

🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰

Bapak Ibu malam ini kita sharing bareng2 tentang *Writing by Heart*

*Apa itu Writing by Heart?* 

Sejatinya menulis adalah ketrampilan tertinggi setelah membaca dan berbicara. 

Menulis dengan hati artinya jadikan hati sebagai inspirasi saat menulis. Jadikan hati sebagai sumber untuk mengolah ide dan inspirasi yang disampaikan melalui tulisan. 
Otak dan pikiran hanyalah alat dari proses menulis yang bersumber dari hati tersebut.

Tulisan adalah jiwa, setiap yang berjiwa pasti bisa menulis, tulisan dengan hati akan sampai ke hati.
*Tips menulis dengan hati* 

1. Libatkan emosi. 

Emosi yang dimaksud disini adalah emosi yg positif ya.... 
Tulis apa saja yang kita rasakan, kita amati, dan kita dengarkan. Tulis semuanya apa adanya, tanpa perlu diedit terlebih dahulu. 

Jika kita menulis sambil mengedit tulisan kita tidak akan  jadi. 
Saat menulis libatkan emosi kita. Beri warna dan rasa pada tulisan kita. 
Saat kita menuliskan tentang kesedihan gambarkan kesedihan itu. Bagaimana rasanya sedih, tulis saja seperti kita sedang berbicara curhat pada  sahabat kita jika kita sedang sedih. 
Saat kita sedang marah sampaikan rasa amarah itu dalam kata kata. Sehingga seolah pembaca merasakan aura kemarahan kita.

2. Libatkan panca indera. 

Tiga sahabat itu meringkuk ketakutan. Di tengah samudra biru, mereka terombang-ambing di atas kapal yang sudah lubang sana sini. Tangan mereka terikat jaring dengan kuat, sementara mulut kelu dalam gigil kedinginan. 
Dari kejauhan
sesosok makhluk yang besar semakin mendekati mereka. 

Makhluk itu sangat besar, tingginya melebihi pohon kelapa. Badannya sebesar gedung tingkat delapan. Surainya mencuat tinggi berwarna keperakan disinari matahari. Entah makhluk apa yang mereka lihat. Matanya yang merah menampakkan amarah. Makhluk itu menghantamkan ekornya dengan kuat. 

Byuuuurrrr, seketika air laut bergejolak setinggi 30 meter. Baju mereka basah kuyup, rasa dingin bukan masalah terbesar mereka. 
Tapi tatapan marah ikan itu. Ikan itu semakin mendekati mereka. Satu ayunan sirip lagi, akan tiba dihadapan mereka.

Ooh bagaimana nasib ketiga sahabat itu selanjutnya?

3. Tulis sesuatu yang kita sukai. 

Bapak ibu pasti pernah merasa jatuh cinta kan? Bagaimana kita menggambarkan orang yang kita sukai. 
Hemmm pasti paket lengkap untuk mendeskripsikannya. 
Mulai wajahnya  penampilannya, sikapnya. Bahkan senyumnya pun kita bisa melukiskannya dengan jelas. 
Kenapa bisa seperti itu? 
Kuncinya karena *SUKA*

Jangan menulis sesuatu yang tidak kita sukai. Ibaratnya jika Anda tidak menyukai minum kopi, jangan memaksa minum kopi. Pasti tidak akan menggambarkan kopi itu secara obyektif bukan? 

Intinya tulis sesuatu yang kita sukai. 
Jangan menulis karena terpaksa. 
Ingat tulisan yang ditulis dengan terpaksa hanya akan berupa rangkaian huruf tanpa nyawa. 
Kosong, bisu dan tak membekas di hati pembaca.

Menulis adalah soal perasaan. Tidak cukup hanya pengetahuan, seorang penulis harus memiliki pemahaman. Pemahaman dimulai dari memahami diri sendiri baru memahami orang lain. 

Penulis yang punya rasa akan menjadi sensitif dan mampu menangkap banyak hal. Efek ke tulisan, tulisannya akan menjadi lebih dalam dan dapat dimaknai oleh pembaca karena menyentuh pembaca. Dengan melibatkan rasa, penulis akan merasakan pengalaman keterlibatan sesuatu yang menggelegak dari dalam dirinya dan hal itu kemudian akan ditangkap oleh pembacanya. Merasa nggak?
Menulis adalah seni. Seni adalah keindahan. Seni adalah kreativitas. Seni juga bisa berarti jalan. Dengan seni, penulis memiliki jalan yang otentik di dalam karya-karyanya yang sulit ditiru oleh orang lain. Jadi hal ini adalah sebuah ciri khas mendalam dari penulis.

4. Jangan Mengharap Pujian. 

UNTUK APA KITA MENULIS? 

Jika kita menulis hanya karena pujian, orientasi kita bukan pada segi manfaat tulisan kita. 
Tapi semata mata karena ingin dipuji. 
Dan saat tulisan kita sepi dari pujian maka kita akan badmood bahkan malas untuk menulis.

Berbeda  dengan jika menulis semata2 karena ibadah ingin menebarkan sesuatu yg menghibur, yg bermanfaat. Dipuji atau tanpa dipuji kita akan terus melaju dengan tulisan kita.

5. Who dan do. 

Who artinya kenali siapa yang akan membaca tulisan kita. 
Jika kita ingin tulisan kita mengena pada remaja maka posisikan diri kita sebagai remaja. Mulai dari gaya bahasa, topik dan hal- hal yang lagi digandrungi remaja. 
Jadikan diri bpk/ibu sebagai pembaca. 

*Do* artinya pesan apa yang ingin kita sampaikan pada pembaca. Dengan harapan pembaca akan melakukan apa yang kita tulis dan kita harapkan sesuai tujuan tulisan kita.

6. READ AND READ. 
Seorang penulis hendaknya suka membaca. 
Ibarat kendaraan maka membaca adalah bahan bakar seorang penulis. Dengan membaca kita akan kaya akan ide, bahasa dan bahsn menulis.

Dikutip dari Rencanamu.id (24/09/18), hasil dari penelitian Stephen D. Krashen dalam bukunya yang berjudul Writing: Research, Theory, and Application, bahwa ada hubungan antara kegiatan membaca dan menulis. Responden yang merupakan para penulis itu ternyata gemar membaca sejak kecil dan mengaku sudah terbiasa menulis sejak masih sekolah.

Jadi, semakin banyak seseorang membaca, wawasan dan pengatahuannya pun akan semakin luas, sehingga memiliki banyak referensi atau ide untuk menulis. Dengan kata lain, tiap kalimat yang dituliskan akan mengalir mudah, karena sudah mempunyai bekal informasi.

7. JUJUR

Mulutmu bisa berbohong tapi tulisanmu tidak. 

kata orang apa yang tertulis tak mampu berbohong bahwa tulisan adalah isi hati penulis, saat matamu bisa berbohong maka tulisanmu tidak, artinya tulisan kita adalah gambaran dari kita

8. Konsisten. 

Poin yang ke 8 ini sangat mudah dikatakan tapi susah dilakukan. 
Ibarat berjalan selalu ada karang  yang menghadang
Angin badai menerpa, meruntuhkan kesadaran
tapi yakinlah itu semua hanya kerikil tajam sandungan
Kan memperkokoh genggaman tangan dalam satu TUJUAN yakni menjadi penulis.

Saat lelah mendera, pikiran buntu, atau *writer block* menyerang istirahatlah. Tapi setelah itu ayunkan kaki lebih tinggi.

Saat tulisan kita memiliki soul, maka tulisan itu tidak akan membosankan. Melekat dalam ingatan.

1. Lebih menyentuh pembaca

Tulisan yang dihasilkan dari luapan emosi, akan lebih menggugah pembaca. Sebaiknya tulisan yang datar, akan terasa membosankan.

Saat menulis, Anda tidak hanya memproduksi kata-kata, namun Anda tengah memproduksi rasa. Maka hadirkan perasaan dan emosi positif saat menulis. Instal dalam diri Anda emosi positif sehingga membanjiri diri Anda selama proses menulis. Emosi positif ini akan membimbing untuk terus menerus mengeluarkan kata-kata. Coba rasakan tulisan Anda yang terbimbing oleh emosi positif, pasti sangat berbeda dengan apabila tulisan terbimbing oleh emosi negatif.


2. Ketika kita sedang menulis sebuah novel sepenuh jiwa, maka tulisan tersebut akan memiliki nyawa dan seolah-olah bisa dirasakan secara nyata oleh pembaca. Kita pasti pernah membaca sebuah buku yang membuat kita merasa masih larut dalam cerita meskipun sudah selesai membacanya? Bisa jadi penulis buku tersebut sangat menjiwai tulisannya.

3. Lebih mudah menyusun cerita. 

Tentu kita pernah merasakan _Writer Block._ Tak ada ide menulis. 
Jangankan menulis paragraf. Membuat kalimat saja kadang tak terangkai. 
Maka cobalah menulis dengan hati. 

Tulis semua yang ada disekeliling kita, rasakan dengan indera kita. 
Tulis saja, tanpa mengindahkan kaidah penulisan. 
Tulis seolah kita berbicara. 
Menulislah dengan berbagi rasa lewat abjad, dan menyentuh hati pembaca lewat tulisan.

Bandingkan dua tulisan ini 
Contoh menulis melibatkan hati dan tidak melibatkan hati

1. Hari ini hujan turun dengan lebat. Budi sang penjual koran duduk kedingian di trotoar dengan menahan rasa lapar. 

2. Awan mendung terlihat menghitam, suara tetesan hujan semakin menderas. Sesekali terdengar cahaya kilat dan suara petir memekakkan telinga. Si budi kecil penjual koran, menggigil dalam beku. Matanya perih menahan tetesan hujan. Mulutnya membiru, seakan membeku. tangan dan kakinya kelu dan lunglai menahan lapar seharian. Tuhan berikan rezeki untuk bisa kumakan hari ini pintanya syahdu memandang awan kelabu.

Contoh no 2 tentu lebih menyentuh dan ngena karena di tulis sepenuh hati, beda dengan nomor 1 yang terasa datar

Bapak Ibu saya akan memberikan satu clue, untuk menulis 1 paragraf menggambarkan foto ini. Saya berikan waktu 15 menit yak🙏

Entah, dada ini serasa berdesir melihat sosok anak lelaki itu. Tubuhnya terbaring lemah tiada daya. Setiap mata yg memandang ada yang bersimpati ada juga yang berempati.

Kembali aku teringat, masa laluku yang kelam. Tidak semua orang seberuntung aku. Anak jalanan yang bernasib baik. Dipertemukan dengan seorang hartawan yang dermawan.

Ramai dan seru ini,tantangan dari Narasumber juga membuat TSO tidak dapat menahan  diri untuk menarikan jari jemari merangkai kata-kata hingga tersusun kalimat yang tepat menyentuh hati pembaca. 

Saya memilih jawaban dari mbak NDY yang indah sekali kalimat penggambarannya tentang potret sekarang anak yang tergeletak lemah dipinggir jalan tersebut.

Mbak NDY menuliskan:

Entah, dada ini serasa berdesir melihat sosok anak lelaki itu. Tubuhnya terbaring lemah tiada daya. Setiap mata yg memandang ada yang bersimpati ada juga yang berempati.

Kembali aku teringat, masa laluku yang kelam. Tidak semua orang seberuntung aku. Anak jalanan yang bernasib baik. Dipertemukan dengan seorang hartawan yang dermawan.

Aku menatap anak lelaki itu. Rasa Iba menyelimuti. Perlahan ku sentuh pundaknya.
Kini giliran aku yang harus melakukan terbaik untuknya.

Semakin malam tambah seru dan para Team Solid Omjay ikut tantangan menulis meramaikan Cluenya bunda Emut,ada bunda Ovi juga,simak yuk..

Bunda  Ovi menulis:

Rudi melewati dua hari tanpa sesuap nasi masuk ke perutnya, teringat di rumah adik dan ibunya yang sedang sakit, menunggu Rudi pulang membawa makanan.
Dengan tubuhnya yang  telah lelah dan letih, Rudi berbaring, sambil membisikan doa berharap Allah kirimkan rezeki lewat tangan hambanya yang lain. 

Ikut yaaa 😁

Dari beberapa peserta juga ramai menulis, saya mengambil tulisannya pak Ahmad Soleh.

#Di atas jembatan penyeberangan, tempat orang berlalu lalang
Tubuh kecil tidur tanpa alas berlindung dari panasnya mentari
Di kota ini ia hidup sendiri
Tiada arti lagi
Hidup dari belas kasihan
Tiada cita-cita dan harapan.

#Anak sekecil itu
Berkelahi dengan waktu
Tanpa satu impian
Yang kerap ganggu tidurmu
Dipaksa pecahkan karang 
Namun, lemah jarimu terkepal😁

Asik seru dan ramai kelas belajar menulis nusantara malam ini bersama  para senior menemani juniors. Alhamdulilah. 

Setelah sesi tanya jawab bunda Emut memberikan Closing statement:
Bapak/ibu hebat penggiat literasi. Demikianlah pertemuan kita pada malam hari ini. Semoga bermanfaat.
Saya sebagai pemandu acara mohon maaf jika terdapat banyak kekurangan dan ada hal-hal yang tidak berkenan dalam memandu Bapak/Ibu.

Akhir kata,

*_Ihdinashirootol Mustaqiem_*

 Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh. 
Salam sejahtera untuk kita semua. 

See you next class tomorrow.  🖐️🖐️🖐️

Mbak Widya Arema Moderator malam ini telah menutup kelas, terimakasih bunda Emut bunda Widya serta para team solid omjay atas ilmunya malam ini,semoga Allah mudahkan urusan2 kita semua dan tetap semangat. Aamiin ya Rabbal Aalamiin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENDANG SUWARNI,S.PD.I

Endang Suwarni,S.Pd.I

Endang Suwarni,S.Pd.I