Endang Suwarni
Judul: Belajar Editing bersama PakDSus pakar Proofreading.
Resume ke: 12Gelombang: 29
Hari/tanggal: Jumat,21Juli 2023.
Tema: Proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan.
Moderator:Sim Chung Wei,SP.
Narasumber:Susan to,S.Pd.
Pernahkan membaca sebuah karya tulis kemudian merasa kurang sreg, tidak nyaman?
Mungkin karena banyak yang typo, atau banyak yang salah ejaan, huruf kapital kurang pas.
Hummmm jadi gemesss deh.
Itulah perlunya proofreading. Apa itu proofreading?
Mengapa perlu ada proofreading?
Tekniknya bagaimana ya?
Waaah banyak sekali pertanyaannya?
Daripada pusing tujuh keliling yuuuuk masuk kelas malam ini.
Jangan sampai lupa !
Moderator keren, Koko Sim sapaan akrab Bapak Sim Chung Wei,SP. mengingatkan para peserta agar tidak lupa untuk mempersiapkan diri.
Koko Sim menyapa peserta sembari memperkenalkan Narasumber kita.
"Di pertemuan ke-12 ini saya akan menemani sahabat Nusantara menimba ilmu di kelas Menulis tanpa sekat dan batas, dengan judul "proofreading Sebelum Menerbitkan Tulisan" yang akan disampaikan oleh narasumber yang luar biasa, Pak Susanto, S.Pd."
"Saya sudah merasakan ada rasa haus dari para peserta untuk belajar, tetapi mari kita berkenalan dahulu dengan narasmber hebat kita malam hari".
"SUSANTO, nama panggilan PakDSus. Lahir di Desa Gombong, Kebumen tahun 1971. Susanto adalah guru SDN Mardiharjo, Kec.Purwodadi, Kab. Musi Rawas, Sumatera Selatan. Belajar menulis di Grup WA Belajar Menulis Gelombang 15 (2020), ikut proyek antologi pertama Ukir Prestasi dan Tebar Inspirasi (2020) bersama Ibu Sri Sugiastuti (Bu Kanjeng). Menyusul buku solo pertama kumpulan resume belajar menulis Berani Menulis dalam 20 Hari (2020). Tahun 2022 menulis buku Pijar Lentera Asa, Memoar Guru Pembelajar (2022). Karya antologi lainnya adalah Senandung Guru 1 (2020), Jejak Digital Motivator Andal (2020), Membongkar Rahasia Menulis ala Guru Blogger (2021), Manuskrip Rasa (2022), dan Goresan Pena pada Sastra (2022). Pernah diminta menjadi editor beberapa buku karya sahabat.
Bagi sebagian besar kita mungkin sudah pernah mendengar Proofreading atau disebut juga istilah uji-baca. Seperti apa proofreading itu? apakah sama dengan proses editing?
tanpa berlama-lama dan membuat peserta penasaran, saya persilahkan PakDSus untuk memulai pemaparannya.
Dengan rendah hati PakDSus memulai materinya:
"Saya sebenarnya bukan proofreader profesional atau editor profesional. Namun beberapa teman di Grup menulis Omjay ini memberi kesempatan untuk membaca naskah-naskah mereka lalu saya diminta untuk mengedit tulisan beliau".
"Termasuk Bunda guru kita, Bunda Kanjeng, pernah nodong dalam waktu 7 hari menyunting naskah buku beliau "Healing with Traveling."
Sekarang kita masuk ke materi yang sebenanrnya setiap orang bisa.
slide itu saya sampaikan pada Kopdar sebuah komunitas literasi dua minggu sebelum KBMN 28 Kopdar.
Kalau saya membuat flyer untuk mengingat bagaimana menulis judul, misalnya.
Itu ketika saya menemukan kesalahan, agar mudah mengingat. Kapasitas otak saya yang mulai menua perlu dibantu.
Tempat favorit saya untuk dikunjungi selama akhir pekan adalah rumah kakek nenek saya di dekat danau, di mana kami suka memancing dan berenang, dan kami sering naik perahu ke danau.
Menurut Anda ada berapa kalimat di atas. Satu! Ya, satu. Kalimat itu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Apakah Anda merasa kalimat ini mudah dibaca?
Secara normal, kalimat itu terlalu panjang. Kita dapat memecahnya menjadi dua atau tiga kalimat agar membuatnya lebih jelas. Coba simak kalimat berikut.
Agar lebih mudah memahami,sebaiknya kita lansung menyimak sesi tanya jawab saja ya teman-teman.
1.Apakah dalam satu kalimat itu ada kriteria tersendiri untuk memuat jumlah kata yang ideal? (Misalnya hanya terdiri dari 20 kata)
2. Untuk satu paragraf, idealnya memuat 3 atau 4 baris, pak?
PakDSus menjawab pertanyaan diatas:
1. Menurut YOAS SEO, panjang kalimat berkisar 20-an kata.Kalimat lengkap mengandung S-P-O-K.
2. Untuk buku, jika satu ide sudah selesai diuraikan. Banyaknya kalimat tidak ada batas ideal.Untuk portal berita, melintas.id (juga di bawah promedia).
Pertanyaan dari peserta kelas yang lain:
1. Dalam menulis sebuah artikel, apakah sebaiknya semua kalimat menggunakan kalimat aktif? Karena saya pernah menggunakan Yoast SEO, di sana ada penilaian terkait kalimat pasif yang ada di artikel saya.
2. Jika penggunaan kalimat pasif dan aktif juga menjadi penilaian dalam penulisan, apa pengaruhnya terhadap tulisan pak apabila sebuah text memiliki banyak sekali kalimat pasif? Apakah akan terhitung sebagai low content?
3. Untuk "logika dalam penulisan" berarti kalimat tidak menimbulkan penafsiran lain mungkin bapak punya?
Jawaban PakDSus adalah:
1. Sebaiknya begitu. Dengan kalimat aktif terasa ada "power" (ini asumsi pribadi). Meskipun, untuk variasi, kadang saya pun menggunakan kalimat pasif.
2, saya belum pernah menjadi juri menulis yang salah satu kriterianya menganggap banyaknya kalimat pasif sebagai low content.
Namun, YOAS SEO sebagai salah satu penyedia layanan tentang kekuatan kalimat aktif, maka ia sering memberi peringatan jika kalimat pada blog kita menggunakan kalimat pasif.
3.Saya tertari untuk mengulik lebih jauh, terima kasih sudah memberi masukan dan tambahan pengetahuan.
Pertanyaan dari pak Ahmad Ambon sebagai berikut:
1. Kalimat yang panjang memang membuat orang bosan, dibandingkan kalimat yang pendek, tapi menjelaskan sesuatu juga harus panjang agar dipahami orang,,apalagi melalui tulisan. Bagaimana pendapat bapak terkait hal ini ??
2. Trik seperti apa dalam membuat kalimat menjadi pendek dan jelas sehingga orang membacanya tidak bosan ??
3. Apakah perlu menaruh kata" tertentu dalam membuat kalimat pada sebuah tulisan sehingga orang tertarik.
Jawaban dari PakDSus singkat dan jelas:
1.Yang dibahas adalah kalimat panjang. Satu kalimat yang berisi lebih dari satu pesan tetapi disajikan dalam struktur kalimat tunggal. Dalam kalimat kutipan langsung sedapat mungkin dihindari.
Jawaban bagian kedua, bolehkan dipisah menjadi dua paragraf?
Jika boleh, Penulis membuat lagi formula kalimat kutipan
"jawab Ahmad.
." ujar Ahmad.
Apakah efektif? (silakan penulis menjawab)
Jika masih dalam satu percakapan, tetapi ada
2.Trik,menganalisa kalimat dan memikirkan ada berapa pesan yang akan disampaikan. Lalu, membuatnya menjadi kalimat tunggal. Jika banyak katanya tidak lebih dari 20 kata jika memungkinkan saya bikin menjadi kalimat majemuk dengan anak kalimat (istilah ini amat teknis, kayak anak bahasa, ya, Pak?).
3. Maksud kata-kata tertentu bagaimana, ya. Jika mau menyambung, ya gunakan konjungsi yang tepat. Itu, menurut saya.
Sebenarnya masih banyak pertanyaan menarik dari peserta KBMN 29 malam ini,namun hanya ada beberapa yang diambil untuk mewakili.
Demikianlah pertemuan ke 12 ini,semoga kita tetap semangat dalam menuntut ilmu.
Terimakasih gurunda-gurunda hebat,ilmunya insyaallah berkah dan bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar