Endang Suwarni
Judul: Mencoba Menulis Buku Dari Karya Ilmiah.
Resume ke: 25Gelombang: 29
Hari/ tanggal: Senin,21 Agustus 2023
Tema: Menulis Buku Dari Karya Ilmiah.
Moderator: Bambang Purwanto,S.Kom.Gr
Narasumber: Eko Daryono,S.Pd
Pernahkan Anda menulis karya ilmiah?
Hmmm, jika mendengar pertanyaan itu biasanya akan terjadi perubahan ekspresi. 🤭
Kening mengernyit, mata melirik ke atas.
Sambil bergumam, ehmmmm.....
Betul tidak, hi hi hi..
Padahal kita pernah loh membuat karya ilmiah, walaupun sekali seumur hidup. 🤭
Yaa, saat skripsi kita membuat karya ilmiah sebagai syarat lulus strata S1 perguruan tinggi.
Bagaimana jika kali ini kita mengulang kesuksesan membuat karya ilmiah.
Loh..loh..loh..
Jangan mengernyit lagi dong.
Kali ini kita akan menulis buku dari karya ilmiah.
Dengan bimbingan narasumber yang mumpuni kita akan melampaui keragu-raguan kita.
So, ready kan untuk masuk kelas malam ini...
*Yesss, i'm ready*💪🏻
Alhamdulilah malam ini kelas belajar menulis nusantara PGRI 29,pertemuan ke 25,Sungguh merupakan suatu ilmu yang sangat berharga,Walaupun Dari temanya kita spontan mengernyitkan dahi.....semakin menantang Gaeeesss...
Pak moderator memperkenalkan diri sebagai Mr.Bam dan Narasumber kita adalah Bpk Eko Daryono,S.Pd.
Untuk menyingkat waktu langsung saja kita simak penyampaian dari beliau:
Materi yang saya bawakan malam ini adalah *Menulis Buku dari Karya Ilmiah*
Tema yang tentunya teoristis dan bikin pusing mengingat tidak ada standarisasi konversi KTI menjadi buku.
Namun demikian, dari berbagai pengalaman yang telah disampaikan oleh para Widyaiswara, Peneliti LIPI, Pakar Menulis akhirnya mengerucut pada standar isi buku.
*Apa itu Karya Tulis Ilmia*
Perka LIPI No 2/2014 bahwa: “Karya tulis ilmiah adalah tulisan hasil litbang dan/atau tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah"
*Apa sajakah yang termasuk dalam KTI*
Secara umum KTI ada dua yaitu KTI Nonbuku dan KTI Buku.
Mengacu penjenisan tsb ternyata tak semua KTI itu berupa buku. Secara wujud, PTK, PTS, Tugas Akhir, skripsi, tesis, desertasi memang berwujud buku, namun bukan buku. Lebih tepatnya laporan hasil penelitian dan sifat publikasinya pun terbatas.
*Bagaimana struktur penulisan KTI pada umumnya*
Umumnya KTI tersusun atas bab-bab dengan penomoran yang struktural sesuai dengan jenis KTI serta institusinya.
contoh umum yang mungkin sudah banyak dilihat badan sistematika berikut:
*Apa perbedaan laporan KTI dan KTI yang telah dikonversi menjadi buku*
Buku hasil konversi dari KTI bisa di ISNB-kan sedangkan KTI yang langsung di buat buku tanpa konversi (atau mentah KTI lgs diterbitkan) umumnya QRCBN.
*Bagaimana cara mengkonversi KTI menjadi buku*
Langkah Pertama : *Memodifikasi Judul*
Judul KTI umumnya mengandung unsur : variabel penelitian, objek penelitian, dan seting penelitian (baik tempat maupun waktu).
Judul buku hasil konversi ini seperti judul buku-buku lain harus menarik, unik, mudah diingat, dan mencerminkan isi buku. Kemenarikan judul buku sifatnya subjektif.
Contoh sederhana dari KTI saya sendiri,imbuh pak Eko sang Narasumber:
Langkah Kedua : *Memodifikasi Sistematika dan Gaya Penulisan*
KTI Nonbuku yang berupa laporan hasil penelitian umumnya ditulis dengan sistematika dan penomoran yang baku seperti yang telah saya uraikan di atas.
Nah, pada saat laporan tersebut dikonversi menjadi buku, maka harus dimodifikasi gayanya sesuai dengan gaya penulisan buku. Tidak tampak lagi adanya sub bab-sub bab yang membuat isi buku seolah-olah terpisah-pisah.
*Modifikasi Bab I*
Bab I yang biasanya PENDAHULUAN boleh tetap dipertahankan judulnya dengan *PENDAHULUAN* , boleh *PEMBUKA* namun lebih menarik jika diambilkan dari intisari Bab I, misalnya fenomena yang terkait dengan inti buku
Secara struktur, tidak diperlukan lagi sub bab - sub bab seperti latar belakang, permasalahan, tujuan, manfaat dalam bentuk angka-angka. Fokusnya lebih mengeksplor latar belakang.
*Modifikasi Bab II*
Bab 2 dapat dibagi menjadi beberapa bab dalam buku dengan cara mensplitnya sehingga setiap bab mengandung satu aspek pembahasan.
*Modifikasi Bab III*
Bab III yang berisi metode penelitian biasanya diringkas menjadi satu atau dua paragraph dan dimasukkan pada bab IV di bagian awal.
Sekedar contoh untuk meringkas. Apakah narasi di atas baku? Tentu tidak. Maksudnya *bab 3* memang bisa benar-benar tidak tampak lagi dalam buku hasil konversi KTI.
*Modifikasi Bab IV*
Bagian ini sejatinya merupakan bagian inti isi buku, sesuai dengan judul buku. Bab IV tidak lagi menggunakan judul Hasil Penelitian dan Pembahasan, namun disesuaikan dengan konteks buku. Biasanya Judul buku menjadi pilihan sebagai judul Bab IV, namun sekali lagi tergantung pada penulis yang ingin mengeksplor kelebihan bukunya.
*Modifikasi Bab V*
Pada laporan hasil penelitian, bab V biasanya diberi judul *PENUTUP*. Judul tersebut dapat dipertahankan. Substansi isinya sesuai dengan fenomena yang diangkat tanpa adanya prasaran.
*Modifikasi Lampiran*
Lampiran yang disertakan hanyalah instrument penelitian atau hasil olah data. Adapun data-data yang menyangkut privacy tidak boleh disertakan, misalnya daftar nilai siswa lengkap dengan namanya. Jika ingin menyajikan nilai siswa sebaiknya dibuat kode-kode atau dibuat tabulasi.
*Bolehkah laporan KTI apa adanya langsung dijadikan buku?*
Sah-sah saja penulis langsung menerbitkan KTI-nya menjadi model seperti buku (tapi bukan buku). Hanya saja buku semacam ini sulit untuk memperoleh ISBN. terlebih saat ini penerbitan ISBN begitu selektif.
Secara persepsi pembaca yang akan menilai kelayakannya. Nilai jual KTI yang langsung dibukukan tanpa dikonversi tentu akan berbeda dengan yang memang dikonversi jadi buku.
*Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan saat mengkonversi KTI menjadi buku*
*Pertama*, keaslian laporan hasil penelitian
*Kedua* , menghindari kompilasi yang terlalu banyak.
*Ketiga* memilah dan memilih data yang dipublikasikan
*Keempat*, modifikasi bahasa buku
*Kelima*, hindari pengambilan sumber kutipan kedua atau pendapat yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
*Keenam*, wajib menuliskan semua daftar Pustaka yang dipakai sebagai rujukan dalam buku untuk mendukung keabsahan buku.
*Ketujuh*, memperhatikan kaidah penyusunan buku ber-ISBN (optional).
Sekedar berbagi pengalaman dari kegiatan mengeditori ribuan buku khususnya yang berbentuk karya tulis ilmiah.
Banyak sekali pemilik naskah yang *takut kehilangan naskah asli* dari karya ilmiah yang dikonversi.
Realitasnya memang membuat buku dari karya tulis ilmiah *seolah* melahirkan buku baru. terlebih jika buku tersebut hendak di ISBN kan.
Pernah ada karya ilmiah dari peserta KBMN-28 yang diajukan ISBN dengan judul buku Belajar Teks Procedur dengan Media Resep Masakan. Setelah diajukan ISBN ternyata yang disuruh mengeksplor justru resep masakannya.
Demikian paparan yang semoga *tidak membosankan* karena materi saya ini ibarat buah simalakama.
Terima kasih atas atensinya, jika ada pertanyaan silahkan. Jika ada yang membutuhkan jawaban detail bisa saya layani setelah kegiatan malam ini.
Tidak terasa 1 jam telah berlalu sekarang masuk sesi tanya jawab, ada 1 pertanyaan menarik dari ibu Sutarmi Muaro jambi,dan sesuai dengan pertanyaan saya yang masih tersimpan di dalam hati hehehe.....
Sutarmi, dari Muaro Jambi. Jika skripsi sy mau saya jadikan Buku, dg siapa sy berkonsultasi ?
Jawaban pak Eko:
Skripsi bisa dijadikan buku, syaratnya *jangan takut kehilangan sebagian naskah skripsi yang akan dikonversi menjadi buku* Untuk konsultasi bisa dengan Tim Hebatnya Omjay *Colek Bunda Kanjeng*
Bolehkah diajukan sebagai Buku Solo yg dipersyaratkan untuk lulus KBMN ini?
Saya rasa boleh, pastinya bisa tanya kepada Omjay.
Sebagai Closing Statemen dari pk Eko adalah:
Sebenarnya apapun jenis karya ilmiah dapat dikonversi menjadi buku dengan catatan *jangan takut kehilangan naskah* karena buku hasil konversi memang tidak bisa dipaksakan sama persis dengan naskah karya ilmiah aslinya. Namun yang perlu disadari, *nilai guna dan nilai jual* buku hasil konversi jauh lebih tinggi dari naskah aslinya.
Jangan takut untuk mencoba karena ada mentor-mentor hebat di Timnya Omjay yang siap membantu. Jangan pernah menyerah dengan tantangan yang adakan dihadapi. Resepnya satu : *Menulis itu olah kata dengan rasa, karena menulis seperti berbicara dan teman bicaranya adalah HATI.” Eko Daryono – Sang Pena Lereng Lawu*
Demikianlah materi pertemuan ke 25 malam ini,terimakasih pak Eko dan Mr.Bam,sehat2 selalu buat bpk berdua dan juga TSO serta Omjay,Barakallahu.
Lengkap dan rapi 👍
BalasHapusMantap!
BalasHapusMantap lanjutkan
BalasHapusInspiratif sekali
BalasHapusLengkap sekali
BalasHapus