PEMBIASAAN SHOLAT DHUHA BERJAMAAH UNTUK ANAK USIA 4-6 TAHUN DI RA.BUSTANUL SUMBAWA.

Ditulis Oleh : ENDANG SUWARNI,S.Pd.I 


1.Aspek Kognitif anak menjadi tahu urutan-urutan dari gerakan sholat, bentuk dari setiap gerakan sholat, karena sejatinya kegiatan beribadah membutuhkan kecerdasan. Bayangkan saja, ketika urutan setelah gerakan berdiri dalam membaca do'a iftitah langsung dilanjutkan dengan gerakan sujud, hal itu sudah menyalahi langkah-langkah tertib dalam pelaksanaan ibadah sholat kaum muslim.

2.Aspek Motorik anak banyak dan terlatih melakukan gerakan-gerakan motorik seperti, mengangkat kedua tangan sampai ke bawah daun telinga, meletakkan kedua tangan di depan dada dengan seimbang, membungkukkan badan dalam ruku', berdiri setelah bangun dari sujud, meletakkan kepala di bawah seluruh badan saat posisi sujud, menengoh ke kanan dan kiri saat Gerakan salam.

3.Aspek Bahasa melatih anak agar terbiasa melafalkan doa-doa dalam setiap gerakan sholat, karena anak tidak hanya perlu mengeal dan menggunakan bahasa ibu dalam proses interaksinya sehari-hari. Namun, anak juga perlu melafalkan doa-doa yang berguna untuk mendoakan dirinya sendiri serta orang-orang yang ia sayangi.

4.Aspek Sosial dalam sholat berjama'ah sudah sangat jelas sekali bahwa kebersamaan adalah kunci dari kehidupan manusia. Semua yang anak lakukan pasti melibatkan orang lain di dalamnya, disadari atau tidak dengan pembiasaan kegiatan Sholat berjama'ah akan menumbuhkan pemahaman dalam diri anak tentang toleransi, toleransi untuk tidak mengganggu teman yang lain, memaklumi dengan adanya makmum masbuk dimana makmum masbuk merupakan makmum yang terlambat mengikuti Imam namun tetap dalam satu waktu yang tersebut.

Walaupun kita pahami, kegiatan pembiasaan ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Karena hasil produk yang kita harapkan bisa terlihat setelah melewati berkali-kali proses dan berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan lamanya. 

Namun dari tekhnik pembiasaan ini, selain prosesnya berulang-ulang dan hasilnya dapat terlihat dalam waktu yang lama, kabar baiknya adalah tertanamnya karakakter anak juga dapat bertahan lama bahkan bisa menjadi sifat dan kebiasaan yang istiqomah. 

Kembali lagi, hal ini akan terjadi jika antara pihak sekolah dan pihak orang tua di rumah mau untuk bekerjasama melatih dan mempertahankan pembiasaan ini, agar tujuan untuk mencetak anak menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur dan berakhlakul karimah dapat tercapai dengan sempurna dan akan melekat abadi dalam diri anak.

Demikian tulisan yang sederhana ini semoga bermanfaat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENDANG SUWARNI,S.PD.I

Endang Suwarni,S.Pd.I

Endang Suwarni,S.Pd.I